MANUSIA DAN KEBUTUHAN SPIRITUAL
Kondisi dunia dewasa ini berada dalam bahaya tingkat tinggi. Lihat saja bagaimana perseteruan antara Amerika dan Korea Utara. Dua negara pemilik nuklir itu saat ini saling mengancam akan menyerang satu sama lain. Bahkan, menurut beberapa sumber, Korea Utara saat ini telah empat kali melakukan uji coba nuklir dalam upaya menyiapkan diri jika perang dimulai. Lihat pula bagaimana di Timur Tengah saat ini banyak terjadi konflik antar negara. Antar Islam dan non-Islam, bahkan antar negara Islam. Para penjajah beralasan bahwa apa yang mereka perjuangankan adalah untuk Islam, padahal Islam tidak pernah mengajarkan untuk memaksa non-muslim untuk memeluk Islam. Mereka menganggap bahwa jihad haruslah ofensif, yaitu dengan menyerang, bukan defensif atau bertahan. Dengan demikian, mereka menyatakan diri telah berjuang di jalan Allah sesuai dengan kehendak-Nya. Dalam Isam, mereka itu berada pada posisi menjalankan syariat, atau sebagaimana ungkapan Dr. Abdul Wahid Hasan sebagai orang yang religius. Padahal, apa yang kita butuhkan bukan hanya hal-hal yang bersifat religius. Lebih dari itu kita sangat membutuhkan hal-hal yang bersifat spiritual.
Stephen Bigger memberikan pernyataan panjang lebar mengenai
perbedaan spiritualitas dan religiusitas yang intinya adalah, menurutnya,
seorang yang “shalih” atau “religius” masih sangat mungkin menjadi orang yang zhalim,
kejam, rakus, tidak beretika, dan tidak bermoral (Abdul Wahid Hasan, 2015, hlm.
21). Lihat saja bagaimana di Indonesia terjadi banyak kasus korupsi
oleh orang-orang yang beragama. Salah satu kasus yang sangat memprihatikankan
yaitu kasus korupsi dana haji. Jika ditelusuri akar dari kelakuan “setan”
tersebut, semua berawal dari kehidupan material
duniawi...............bersambung
Komentar
Posting Komentar