Usaha dan Ekonomi Nabi Muhammad Pasca Pernikahan dengan Khadijah
Sebagaimana yang diyakini banyak orang bahwa nabi Muhammad menikahi Khadijah pada usia 25 tahun. Ketika itu usia Khadijah adalah 40, meski beberapa orang mengatakan bahwa usia Khadijah ketika menikah dengan Muhammad adalah 28 tahun. Alasannya karena ketika bersama Muhammad, Khadijah kemudian melahirkan lima orang anak; Abdul Manaf (al-Qasim), Zainab, Ruqayyah, Fatimah, dan Abdullah (ath-thahir wa ath-thayyib). Ini menunjukkan bahwa Khadijah masih sangat subur jika dikatakan telah berusia empat puluh tahun (Munawir Husni, 2017:51).
Dalam buku Perempuan Madinah,
Munawir Husni mengungkapkan bahwa tak banyak riwayat yang menceritakan kehidupan
Muhammad dan Khadijah pasca pernikahan, terlebih saat dimana wahyu pertama
belum datang. Banyak orang yang bertanya-tanya apa yang dikerjakan baginda Nabi
selama lima belas tahunnya bersama Khadijah, bagaimana romantika hubungan mereka,
gerak laku ibadah, termasuk bagaimana dan untuk apa aset dan kekayaan Khadijah
digunakan. Dalam buku tersebut, Husni mendapat beberapa sumber dan cerita
tentang kehidupan dua insan mulia pasca pernikahan mereka.
Sebelum menikahi Khadijah, Muhammad
pernah membawa barang dagangan Khadijah ke Syam untuk didagangkan. Ini terjadi
beberapa bulan sebelum keduanya menikah. Bisa dikatakan bahwa pada saat itu
Muhammad hanyalah seorang karyawan dari seorang Ratu Quraisy. Keadaan ini jelas
berubah setelah keduanya resmi menikah. Sesaat setelah pesta pernikahan usai,
Khadijah berkata kepada Muhammad, “Wahai al-Amin, bergembiralah! Engkau
bebas mengelola semua harta kekayaan ini tergantung yang engkau ridhai; baik
yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang terdiri atas bangunan-bangunan,
rumah-rumah, barang-barang dagangan, dan hamba sahaya telah menjadi milikmu”
(Munawir Husni, 2017:46).
Sebelum titah kerasulan disampaikan
kepada Muhammad, beliau melanjutkan usaha bisnis yang dimiliki sang istri.
Bedanya, kali ini beliau merupakan manajer dagang, bukan karyawan seperti
dahulu. Dalam kurun waktu yang relatif singkat, usaha dan aset kekayaan
Khadijah berkembang pesat. Ini tak lepas dari peran Muhammad yang sukses
mengelola harta dan kekayaan dengan sebaik-baiknya. Cara dagang beliau yang
terang-terangan menyebut modal dan keuntungan rupanya menjadi daya tarik
tersendiri bagi pembeli di tengah maraknya tindak kecurangan bisnis pada saat
itu. Beliau juga melakukan beragam transaksi jaul beli, seperti kontan dan
kredit. Ini membuat Khadijah semakin
terkesan kepada sosok suaminya tersebut.
Dalam 15 tahun berdagang, Muhammad
telah mengunjungi beberapa negara tetangga; Yaman, Irak, Syria, dan Bahrain.
Selain itu, beliau juga mengunjungi beberapa pasar yang ada di Arab Jahiliah
dahulu. Mengutip Afzalurrahman, Husni menyebutkan setidaknya terdapat tiga
belas pasar yang tersebar di sekitar Arab; Fumatul Jandal, Mushaqqar, Suhar,
Daba, Shihr, Aden, San’a, Ukaz, Dul Makaz, Mina, Nazat, dan Hijr. Setidaknya
ada beberapa pasar yang tentu pernah beliau singgahi untuk berdagang. Selain
itu, harta dan kekayaan mereka juga digunakan untuk membantu orang-orang yang
membutuhkan. Rumah mereka menjadi tempat perlindungan bagi yang lemah,
tertindas, dan yang selalu dizalimi (Munawir Husni, 2017:48).
Dengan begitu, Muhammad lebih
mengetahui seluk-beluk budaya dan peradaban sosial bangsa Arab. Beliau juga
lebih pandai bergaul dan melakukan dialog terhadap berbagai macam sikap orang.
Nantinya akan membatu beliau dalam melakukan dakwah; kepada siapa yang lebih
dulu, cara berdialog, dan lain sebagainya.
Referensi :
-Husni, Munawir. Perempuan Madinah. Yogyakarta: DIVA Press, 2017.
Komentar
Posting Komentar