PAUL KARL FEYERABEND DAN ANARKISME EPISTEMOLOGIS



Biografi dan Karir Intelektual Feyerabend
          Paul Karl Feyerabend lahir di Wina, Austria pada tahun 1924. Pada saat ia masih muda, ia banyak berkecimpung di dunia seni dan drama, lebih tepatnya pada seni teater. Bahkan pada tahun 1946, ia pernah menerima beasiswa untuk belajar menyanyi dan manajemen di Weimar. Ia menerima gelar Doktornya di bidang Fisika di Wina (Widayat, 2014: 68). Jurusan akademiknya sangat mempengaruhi pola pikirnya terhadap teori epistemologi. Pada masa-masa ini, ia mengaku bahwa ia adalah seorang rasionalis. Ia percaya bahwa ilmu pengetahuan memiliki hukum-hukum universal yang berlaku dalam kajian ilmiah untuk memperoleh suatu kebenaran, dan hukum-hukum itu dapat dipertanggungjawabkan (Shofiyyuddin, 2015: 188).
          Karir intelektualnya sebagai seorang filosof ilmu dimulai ketika ia bertemu dengan Karl Raimund Popper di London. Pertemuan itu menguatkan keyakinannya terhadap rasionalitas epistemologis. Hal ini dapat dilihat dengan bergabungnya ia ke dalam Himpunan Penyelamatan Fisika Teoretis (A Club for Salvation of Theoritical Phsysics). Namun, dari sinilah justru keyakinannya akan rasionalitas berubah. Ia mendapati bahwa antara teori dan eksperimen tidak sesederhana apa yang dijelaskan di buku-buku. Dalam hal ini, ia mendapati bahwa ternyata teori-teori fisika newtonian yang selama ini menjadi patokan kebenaran suatu pengetahuan dilanggar oleh teori-teori fisika kuantum. Dan para filosof dan fisikawan justru menerima teori-teori kuantum ini. Artinya, teori-teori ilmiah yang selama ini diyakini sebagai acuan dasar suatu kebenaran tidak selalu dapat digunakan (Shofiyyuddin, 2015: 189).
          Pada 1953, ia menjadi pengajar di Bristol. Pada tahun-tahun selanjutnya ia mengajar Estitika, Sejarah Ilmu Pengetahuan dan Filsafat di Austria, Jerman, Inggris, Selandia Baru dan Amerika Serikat. Pada tahun-tahun itu pula Imre Lakatos, yang kemudian menanamkan pemikiran anarkis terhadap epistemologi. Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam fisika kuantum teori-teori fisika newtonian banyak dilanggar dan pelanggaran-pelanggaran ini diterima oleh para fisikawan (Shofiyyuddin, 2015: 190). Sehingga, ia yakin bahwa tidak ada satu patokan teori pun yang dapat menjadi landasan untuk menemukan kebenaran ilmu. Ia juga yakin bahwa kebenaran itu tidak hanya didapat dari eksperimen ilmiah, ia mempercayai bahwa kebenaran bisa diperoleh dari mitos, agama, dan lain sebagainya.
Anarkisme Epistemologis Paul Karl Feyerabend
          Dalam KBBI, anarkisme berarti suatu paham yang menentang kekuatan negara, yaitu teori politik yang tidak menyukai adanya pemerintahan dan undang-undang. Dalam kajian filsafat, anarkisme berarti sebuah gerakan atau pola pikir yang memprotes segala bentuk kemapanan. Maksudnya, bahwa ia menolak teori-teori tertentu yang selama ini diyakini memiliki kapabilitas untuk menemukan segala kebenaran. Dalam hal ini, protes epistemologisnya lebih ditujukan kepada epistemologi positivisme yang yakin bahwa kebenaran hanya dapat diperoleh jika ia bersifat fisik; telihat, dapat diukur, dan dapat disentuh. Dalam bukunya Against Method, ia menyatakan bahwa tidak ada satu metode rasional yang dapat diklaim sebagai metode ilmiah sempurna (Haboddin, 2016:32).
Anarkisme Ilmu Pengetahuan Feyerabend
          Feyerabend mengajukan dua cara kritik, yang mana keduanya tidak bisa dipisahkan. Pertama, yaitu apa yang disebut dengan against method (anti-metode). Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya bahwa ia menolak metode tertentu untuk menjadi acuan dalam memperoleh kebenaran. Menurutnya, ini tidak realistis karena faktanya ilmu pengetahuan hanya diambil dari pandangan sederhana atas dasar kemampuan seseorang dan lingkungan tertentu (Su’udi, 2012). Padahal, menurutnya sejarah ilmu pengetahuan tidak hanya terbatas pada fakta-fakta dan kesimpulan yang diambil dari fakta tersebut, melainkan juga berisi ide-ide, interpretasi terhadap fakta-fakta, dan permasalah yang timbul karena kesalahan penafsiran terhadap fakta tersebut (Shofiyyuddin, 2015: 195).
          Sebagai gantinya, Feyerabend menawarkan beberapa prosedur untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Prosedur pertama adalah kontra-induksi, sebagai lawan dari epistemologi positivisme yang yakin bahwa pengetahuan dapat diinduksi. Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa rasionalitas memiliki keterbatasan. Posedur selanjutnya adalah counterrule, yaitu memberikan hipotesis yang menunjukkan ketidakkonsistenan antara teori dan fakta.
          Kritik kedua adalah against science (anti ilmu pengetahuan), namun tidak benar-benar yang dimaksud adalah ilmu pengetahun itu sendiri. Maksudnya, sebuah gerakan yang menolak peran dan kedudukan ilmu pengetahuan dalam masyarakat, karena ia kadang melampaui batas-batas standar universal yang berlaku di masyarakat, seperti agama dan budaya.
          Untuk itu ia juga menawarkan dua prosedur/metode sebagai pengganti anti ilmu pengetahuan. Pertama, prinsip pengembangbiakan. Inti dari prinsip ini adalah adanya perbandingan antara fenomena-fenomena sejarah dan epistemologi yang dapat memberikan kriteria penilaian yang holistik terhadap struktur aktual ilmu pengetahuan, sehingga akan terbentuk suatu basis bagi kritisisme dan reformasi ilmu pengetahuan. Kedua, prinsip apa saja boleh (anything goes). Prinsip ini berarti membiarkan segala sesuatu berlangsung apa adanya tanpa dikekang oleh aturan-aturan tertentu. Dalam kehidupan sosial, ilmu pengetahuan kadang mengekang masyarakat. Secara implisit, prinsip ini merupakan bentuk perlawana terhadap aturan yang telah dibakukan. Dalam masyarakat, kadang tolak ukur kebenaran tidak hanya dari ilmu pengetahuan, tetapi juga dapat diambil dari mitos-mitos atau agama yang ada di masyarakat (Haboddin, 2016:38).

Referensi
Haboddin, Muhtar. dkk., Metodologi Ilmu Pemerintahan. Malang: Pusat Kajian Inovasi Pemerintahan dan Kerjasama AntarDaerah. 2016.
Shofiyyuddin, M. “Anarkisme Epistemologis Paul Karl Feyerabend dan Relevansinya terhadap Epistemologi Tafsir Al-Qur'an.” Jurnal Hermeneutik IX, no. 1 (Juni 2015): h. 185-204.
Widayat, Prabowo Adi. “Konsep Anarkisme Epistemologis Paul Karl Feyerabend dalam Pendidikan Islam.” Jurnal Tarbawiyah XI, no. 1 (Januari-Juli 2014): h. 66-81.
Su’udi, Ahmadi. Anarkisme Epistemologis Paul Karl Feyerabend. Artikel diakses pada 19 November dari http://s-moc.blogspot.co.id/2012/11/anarkisme-epistemologis-paul-karl.html?m=1

Komentar

Postingan Populer