Ahmad dalam Perjanjian Lama dan Berita Ahli Nujum
“Aku
akan menggoncangkan segala bangsa, dan Himda untuk semua bangsa ini akan
datang, maka Aku akan memenuhi Rumah ini dengan kemegahan, firman Tuhan semesta
alam. Kepunyaan-Kulah perak dan kepunyaan-Kulah emas, demikianlah firman Tuhan
semesta alam. Adapun Rumah ini, kemegahannya yang kemudian akan melebihi
kemegahannya yang semula, firman Tuhan semesta alam, dan di tempat ini Aku akan
memberi Syalom, demikianlah firman Tuhan semesta alam.” (Haggai
2:7-9).
Firman Tuhan di atas disampaikan
oleh Nabi Haggai kepada Bani Israel yang sedang bersedih hati melihat bait
Sulaiman, yang dibangun kembali setelah sebelumnya dihancurkan, tidak seindah
bait Sulaiman yang dulu. Untuk menghibur mereka, Tuhan menjanjikan kemegahan
kembali untuk bait Sulaiman.
Dalam pesan tersebut, terdapat kata, “...Himda
untuk semua bangsa ini akan datang,” dan kata, “...Aku akan memberi Syalom”.
Kata Himda berasal dari bahasa Ibrani yang sekarang tidak
digunakan lagi, yaitu hmd (hamad) yang berarti kerinduan,
keinginan, selera, dan hasrat. Hal ini dapat dibuktikan lewat firman ke-9 dalam
Ten Commandements yang berbunyi, ““Lo tahmod ish reikha (janganlah
engkau merindukan istri tetanggamu)”. Dalam bahasa Arab terdapat kata kerja hamida,
yang memiliki konsonan sama dengan hmd, yang memiliki makna terpuji.
Dengan demikian, menurut David Benjamin Keldani/Abdul Ahad Dawud (nama
Islamnya), kenyataan bahwa Ahmad (nama lain dari Nabi Muhammad) dalam
bentuk bahasa Arab dan Himda menjadi tak terbantahkan dan
meyakinkan.
Untuk menguatkan hal ini David
Benjamin juga mengutip QS Ash-Shaff 61:6 dan hadis yang diriwayatkan
oleh Jubair bin Muthim, bahwasanya Rasullulah SAW (Muhammad) bersabda: "Sesungguhnya
aku mempunyai banyak nama, aku adalah Muhammad, aku adalah Ahmad, aku adalah
Al-Mahiy (penghapus) yg dengan aku (maka) Allah hapuskan segala kekufuran, aku
adalah Al Hasyir (penghimpun) yg dengan aku manusia dikumpulkan dibawah
naunganku, dan aku adalah Al'Aqib (penutup)".
Sedangkan mengenai kata Syalom,
menurut David Benjamin, sudah tidak diragukan lagi memiliki arti dan maksud
yang sama dengan kata Salam atau Islam, yaitu kedamaian,
ketundukan, dan penyerahan diri.
Untuk menguatkan dan menjelaskan
nubuat Haggai di atas, David Benjamin mengutip salah satu nubuat Perjanjian
Lama dalam kitab Maleakhi 3:1, “Lihat, Aku menyuruh utusanKu, supaya ia
mempersiapkan jalan di hadapanKu! Dengan mendadak Tuan (Adon) yang kamu cari
itu akan masuk ke baitNya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu,
sesungguhnya, Ia datang, firman Tuhan Semesta Alam”. Ia membandingkannya
dengan QS Al-Isra ayat 1 yang artinya, “Maha Suci Allah, yang telah
memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari (bait Allah) Masjid Harom (di
Mekkah) ke (bait Allah) Masjid Aqsha (di Yerusalem) yang telah Kami berkahi
sekelilingnya”. Ia berkesimpulan
bahwa yang dimaksud datang dengan tiba-tiba dalam kitab Maleakhi 3:1
adalah Muhammad yang datang bersama Malaikat Jibril ketika Isra dan Mi’raj,
sebagaimana yang dijelaskan dalam QS Al-Isra ayat 1 (David Benjamin Keldani, Mengauk
Misteri Muhammad).
Selain dalam Perjanjian Lama, Ahmad
sebagai utusan yang paling mulia juga tercantum dalam Injil Barnabas:
“Yesus menjawab: Nama sang
Mesias adalah yang terpuji, karena Allah telah memberikan sendiri nama itu
ketika Ia menciptakan jiwanya, dan menempatkannya dalam kemualiaan surgawi.
Allah berkata: “Nantikanlah Muhammad; demi engkau Aku akan menciptakan firdaus,
dunia, dan begitu banyak makhluk, yang akan Aku serahkan kepadamu sebagai
hadiah, sedemikian rupa sehingga siapa yang memberkati engkau ia akan akan
diberkati, dan siapa yang mengutuk engkau, ia akan dikutuk. Ketika aku mengutus
engkau ke dalam dunia, Aku akan mengutus engkau sebagai utusan keselamatan-Ku
dan kata-katamu akan menjadi kenyataan, sedemiikian rupa sehingga meskipun
langit dan bumi akan gagal, imanmu tidak akan pernah gagal. ‘Muhammad adalah
namanya yang diberkahi.’ Kemudian khalayak itu mengangkat suara mereka, lalu
berkata, ‘O Allah, utuslah kepada kami utusan-Mu: O yang terpuji, datanglah
segera demi perdamaian dunia” (Injil Barnabas 97:9-10).
Dalam manuskrip Italia, kata “yang
terpuji” diganti dengan “Muhammad” ( http://muz-cinemax.blogspot.co.id/2013/05/nabi-muhammad-saw-dalam-injil-bibel.html?m=1
).
Dalam
buku Sirah Ibnu Ishaq, kedatangan Nabi Muhammad selain diberitakan dalam
Perjanjian Lama dan Injil, ia juga diberitakan oleh ahli nujum (para
peramal) dari penduduk Arab pra-Islam. Mereka, para peramal, mengaku mendapatkan
berita akan datangnya Nabi Muhammad dari para setan-setan golongan jin yang
biasa mencuri dengar pembicaraan-pembicaraan di langit, sebagaimana Firman
Allah yang berbunyi:
“dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka
kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat
menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan
(berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba)
mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai
(untuk membakarnya). Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui
(dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang
di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka” (QS Al-Jinn: 8-10).
Setelah jin-jin itu tidak
dapat lagi mencuri dengar pembicaraan-pembicaraan di langit, mereka yakin bahwa kejadian itu ada hubungannya
dengan masalah manusia. Karena setan-setan dan jin-jin itulah para peramal
kadang ada yang benar dan kadang ada yang salah, sebab para jin tersebut sering
mencapurkan dugaan-dugaan mereka terhadap apa yang mereka dengar dari
permbicaraan-pembicaraan di langit.
Ali bin Nafi’ Al-Jurashi
pernah berkata kepada Ibnu Ishaq bahwa suku Janb di Yaman memiliki seorang ahli
nujum pada masa jahiliyyah. Ketika berita tentang datangnya seorang utusan
itu menyebar ke berbagai jazirah Arab, para penduduk suku Janb berkata
kepadanya, ‘Perlihatkanlah kepada kami apa yang kamu ketahui tentang orang
itu”. Para penduduk itu berkumpul di kaki bukit, tempat dimana peramal itu
tinggal. Peramal tersebut mendatangi mereka pada saat matahari terbit. Sesaat
ia melihat ke langit kemudian berkata:
“Wahai manusia, Tuhan telah mengangkat dan memilih Muhammad,
Mensucikan jantung, hati, dan isi perutnya.
Dia ada di antaramu, wahai manusia, tidak akan lama lagi” (Muhammad Ibnu Ishaq, Sirah Ibnu Ishaq).
Rujukan
Benjamin,
David, K. Menguak Misteri Muhammad (terj.). Yogyakarta: Sahara
Publishers. 2006
Ibnu Ishaq. Sirah
Ibnu Ishaq: Kitab Sejarah Nabi Tertua (terj.). Surakarta: Muhammadiyah
University Press. 2002.
Komentar
Posting Komentar